Infeksi Paru-paru Parasit Langka Terkait dengan Konsumsi Katak Mentah

24
Infeksi Paru-paru Parasit Langka Terkait dengan Konsumsi Katak Mentah

Seorang wanita berusia 32 tahun di Shanghai, Tiongkok, mengalami infeksi paru-paru yang langka dan salah didiagnosis yang disebabkan oleh cacing parasit yang didapat melalui makanannya, khususnya konsumsi katak mentah. Kasus ini menyoroti risiko yang terkait dengan memakan hewan yang kurang matang atau mentah, terutama di wilayah yang budayanya sudah mendarah daging.

Kesalahan Diagnosis Awal dan Gejala yang Terus Menerus

Pasien awalnya mengalami batuk terus-menerus selama empat bulan, kadang-kadang mengeluarkan dahak berdarah. Dia juga mengalami demam selama berminggu-minggu yang mencapai 100,8°F (38,3°C) sebelum mencari pertolongan medis. Dokter di rumah sakit pertama mendiagnosisnya menderita pneumonia eosinofilik—suatu kondisi di mana sel darah putih menumpuk di paru-paru dan menyebabkan peradangan. Meskipun sudah diobati dengan steroid, batuknya tetap ada selama dua bulan, dan CT scan lanjutan menunjukkan adanya lesi paru yang berulang.

Penyebab Sebenarnya: Sparganosis

Pemindahan ke rumah sakit kedua menghasilkan diagnosis yang direvisi. Riwayat medis mengungkapkan bahwa pasien mengonsumsi makanan laut mentah dan “lebih menyukai katak dan katak mentah”. Tes darah mendeteksi antibodi terhadap larva Spirometra mansoni, penyebab sparganosis—infeksi parasit yang umum terjadi di Asia Timur. Larva, yang tertelan dari hewan yang terinfeksi kurang matang atau mentah, bermigrasi ke seluruh tubuh, meskipun akumulasi di paru-paru sangat jarang terjadi.

Katak yang dibedah yang diberikan oleh pasien memastikan bahwa katak tersebut membawa parasit, sehingga memperkuat diagnosis. Kesalahan diagnosis awal terjadi karena gejalanya sangat mirip dengan pneumonia eosinofilik, sehingga menutupi penyebab parasit sebenarnya.

Perawatan dan Pemulihan

Pengobatan dengan tablet praziquantel – obat antiparasit – memberikan kemajuan yang cepat. Dalam lima hari, batuk pasien mereda, dan CT scan berikutnya menunjukkan lesi mengecil. Meskipun tes tindak lanjut awal masih mendeteksi antibodi, yang mengindikasikan infeksi persisten, pemberian praziquantel kedua selama lima hari dan pemeriksaan lima bulan menunjukkan tingkat antibodi berkurang hingga jumlah yang dapat diabaikan, dengan jumlah sel darah putih normal. Pasien tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.

Mengapa Ini Penting

Kasus ini unik karena sparganosis biasanya bermanifestasi pada jaringan superfisial, bukan organ dalam. Ini adalah kasus sparganosis berbasis paru-paru pertama yang terdokumentasi di Shanghai. Insiden ini menggarisbawahi risiko kesehatan nyata dari mengonsumsi daging hewan mentah—sebuah tradisi yang sudah lama dianut di beberapa wilayah Asia. Seperti yang ditunjukkan oleh kasus seorang wanita berusia 82 tahun di Hangzhou, beberapa orang bahkan mengonsumsi hewan hidup untuk mendapatkan manfaat pengobatan, seringkali dengan akibat yang merugikan. Prevalensi praktik-praktik ini menimbulkan kekhawatiran mengenai kesehatan masyarakat dan perlunya peningkatan kesadaran mengenai infeksi parasit.