Koktail Kimia Yang Dapat Berpikir: Sistem Enzim Baru Belajar Dari Lingkungannya

27

Selama bertahun-tahun, kemampuan beradaptasi terhadap perubahan kondisi dipandang sebagai ciri bentuk kehidupan yang kompleks. Kini, para ilmuwan telah merancang sistem yang meniru kemampuan beradaptasi ini dalam tabung reaksi, sehingga mengaburkan batas antara biologi dan ilmu komputer.

Bayangkan sebuah pabrik kimia yang ramai tempat molekul-molekul berbeda terus-menerus bersaing untuk mendapatkan sumber daya. Pada dasarnya inilah cara para peneliti di institusi di Belanda dan Australia membangun “komputer” pengambilan keputusan dari awal. Mereka membangun jaringan enzim yang disebut protease, masing-masing bersaing satu sama lain untuk mendapatkan akses ke peptida khusus. Interaksi ini tidak diprogram sebelumnya; sebaliknya, sistem tersebut mengatur dirinya sendiri berdasarkan sinyal yang masuk, seperti sel biologis yang bereaksi terhadap lingkungannya.

Campuran kimia ini dapat melakukan lebih dari sekedar bereaksi—ia belajar. Para peneliti mendemonstrasikan hal ini dengan menunjukkan bahwa sistem mereka secara akurat mendeteksi perubahan suhu dalam kisaran 25°C hingga 55°C dengan presisi yang mengesankan (sekitar 1,3°C).

Meniru Kompleksitas Kehidupan

Makhluk hidup ahli dalam mengumpulkan dan memproses informasi dari lingkungan—baik itu merasakan nutrisi, mendeteksi perubahan cahaya, atau merasakan fluktuasi suhu. Prestasi luar biasa ini tidak dicapai melalui sihir; jaringan molekul yang rumit terus berkomunikasi dan bereaksi di dalam sel.

Para ilmuwan telah lama terpesona oleh “motif jaringan” ini – pola berulang yang ditemukan dalam jaringan kimia alami. Mereka menggunakan motif-motif ini sebagai cetak biru untuk membangun sistem buatan yang meniru beberapa aspek pemrosesan informasi biologis. Namun hingga saat ini, mereplikasi seluruh kompleksitas organisme hidup masih sulit dilakukan.

Interaksi Rekursif: Kunci Kemampuan Beradaptasi

Terobosannya terletak pada penggabungan sesuatu yang disebut “interaksi rekursif”—di mana keluaran suatu reaksi menjadi bagian dari masukan, sehingga menciptakan lingkaran perubahan dan adaptasi yang berkelanjutan. Anggap saja seperti pesan yang dikirim bolak-balik, setiap kali berkembang sedikit berdasarkan pertukaran sebelumnya. Mekanisme umpan balik yang rumit ini memungkinkan keluaran yang sangat beragam dari titik awal yang relatif sederhana.

Para peneliti mencapai hal ini dalam sistem baru mereka dengan membangun jaringan kompleks yang terdiri dari tujuh enzim dan tujuh peptida. Peptida ini terus-menerus bersaing untuk mendapatkan akses terhadap enzim, dicincang dan disusun kembali dalam berbagai kombinasi. Hasilnya adalah lanskap kimia yang dinamis dan selalu berubah di mana campuran molekul berubah secara dramatis bergantung pada kondisi awal seperti suhu atau konsentrasi peptida.

Dari Molekul hingga Keputusan

Sup molekuler yang terus berubah ini dianalisis secara real time menggunakan spektrometer massa—alat yang dapat mengidentifikasi molekul individu dalam campuran kompleks. Data ini dimasukkan ke dalam algoritme sederhana yang menerjemahkan pola-pola ini dan menerjemahkannya menjadi keluaran yang bermakna, seperti pembacaan suhu, mengenali gelombang cahaya, atau bahkan mendeteksi perjalanan waktu.

“Komputer kimia” ini dapat membuka jalan bagi biosensor yang lebih cerdas yang mampu merespons isyarat lingkungan tertentu secara real-time. Bayangkan sensor mampu mendeteksi perubahan halus pada tingkat pH dalam tubuh, membantu mendiagnosis penyakit lebih awal, atau bahan yang berubah warna berdasarkan fluktuasi suhu, memberikan umpan balik intuitif di rumah pintar.

Meskipun masih dalam tahap awal, penelitian ini menunjukkan potensi rekayasa sistem kompleks yang belajar dan beradaptasi dari lingkungan sekitar—suatu prestasi luar biasa yang mengaburkan batas antara kecerdasan buatan dan kecerdikan alam.